1. Pengertian pemilihan pasangan hidup
Salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa awal ialah memilih pasangan hidup. Semakin cepat individu mencapai kematangan biologis dan perkembangan psikis, semakin berkembang pula perasaan heteroseksual, yaitu rasa tertarik secara seksual kepada lawan jenisnya. Individu mulai berminat untuk memilih pasangan hidupnya atau mulai mengantisipasi seorang “pacar”.
Menurut Miningsih (dalam Kurniawan, 2007), pasangan hidup adalah orang yang dipilih menjadi teman hidup untuk selamanya dan meraka disebut suami istri. Berdasarkan pengertian tersebut, seorang laki-laki dan perempuan, satu sama lain harus saling mencari dan memilih. Laki-laki harus memilih perempuan untuk menjadi pasangan hidupnya, demikian juga sebaliknya perempuan harus memilih laki-laki untuk menjadi pasangan hidupnya. Tanpa mencari dan memilih, agaknya sulit bagi laki-laki atau perempuan untuk mendapatkan pasangan yang cocok, serasi dan seimbang dalam berbagai hal kehidupan pernikahan.
Memilih atau tidak memilih pasangan hidup merupakan suatu keputusan yang sangat berarti bagi seseorang. Orang yang dipilih akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap cara hidup pasangannya, pengalaman-pengalamannya dan kebahagiannya sepanjang masa (Hall dan Lindzey, 2001). Pada saat individu berminat untuk memilih pasangan hidup, terdapat kecenderungan yang disadari atau tidak disadari bahwa individu akan memilih seseorang yang memiliki karakter yang ada persamaannya dengan dirinya, baik secara fisik maupun psikis. Hal ini diperkuat oleh pendapat Marstein (dalam Kurniawan, 2007). Pada saat individu berminat untuk memilih pasangan hidup, terdapat kecenderungan yang didasari atau tidak disadari bahwa individu akan memilih seseorang yang memiliki karakteristik yang ada persamaannya dengan dirinya, yang mempunyai latar belakang cocok secara etnis, agama, sosial dan lain sebagainya.